Menu

SELAMAT BELAJAR...KEJUJURAN HARGA MATI

Jumat, 05 Januari 2018

Ke Dieng bag 1

Tantangan Wisata wajib Dieng : SIKUNIR

Gambar diambil setelah menuruni bukit 

Dieng Plateau, or simply known as Dieng by the locals, refers to a marshy plateau located  2093  above sea level  (2093 mdpl) Its located between Banjarnegara and Wonosobo district in Central Java.
Subhanalloh . Dingin sekali. Dini hari itu tanggal 28 Desember kami beruntung datang di kaki bukit Sikunir Dieng pada musim hangat, sehingga kata orang bahwa Suhu  di sana bisa mencapai minus 1 derajat , tidak kami rasakan.
Melakukan perjalanan ke Dieng, sangat disayangkan jika tidak mendaki bukit Sikunir . Saya dan anak anak sempat diskusi panjang untuk melakukan perjalanan tersebut. Tekad  kami harus bertemu dengan Sun Rise di puncak Sikunir. Kemudian setelah berdiskusi panjang, kami putuskan untuk mencarter mobil dengan driver yang sudah kenal medan. Cukup dengan 650 rb, kami bisa menggunakan jasa carteran 24 jam.
Setelah membaca berbagai macam tips dari para blogger yang sudah menuliskan tentang pengalamannya berwisata ke Dieng, Kami membuat perencanaan cukup matang ke lokasi yang akan dituju, kemudian kami berangkat pukul 23.30 WIB dari Temanggung, dengan tujuan agar tidak terjebak macet karena waktu itu liburan.
Benar saja , alhamduillah lancar, bahkan rasanya hanya kami yang akan berwisata ke  Dieng. Pukul 01.00 WIB tiba di pos wisata Gardu pandang dan Dieng Plateau teater. Dengan membayar 15 ribu per orang, kami akan memanfaatkan tiket di siang harinya .
Karena tujuan utama sun rise di bukit Sikunir, mobil kami terus menanjak menuju Sikunir. Sepi di perjalanan... Kami jadi membayangkan bagaimana hanya kami berempat saja yang di sana?
Ah... ternyata tidak. Tiba di perkampungan warga, ternyata sudah berpuluh puluh mobil menginap di homestay homestay yang dekat dengan sikunir. Ketika kami lewat pukul 01.30 WIB , mereka sedang bersiap untuk  menuju Sikunir. Setelah melewati pos Sikunir yang dikelola warga, kami membayar 10 ribu per orang. Dan bismillah ngeeeeng.... mobil kembali menyusuri jalan aspal yang sempit dan berkelok.
Pukul 01.55 WIB kami tiba di parkiran Sikunir . Beberapa mobil sudah berada di sana. Beberapa warung wargapun sudah buka menawarkan  gorengan, minuman hangat, Pop Mie, minuman hangat, dsb. Sehingga jika tidak membawa bekalpun tak apa. Satu hal yang perlu kejelian kita. Jika ingin membeli minuman atau makanan, lita tanggal kedaluarsa. Karena anak saya sudah habis satu bungkus Pop Mie,,,,, ternyata masyaalloh. Sudah kedaluarsa 2 bulan yang lalu. Alhamdulillah dia tidak keracunan dan sampai sekarang sehat wal afiat.
Sambil menunggu subuh, kami tidur di mobil hingga 03.30 WIB. Akhirnya pada  30 menit sebelum subuh, kami menuju mushola. Hiiiih dingin sekali airnya. Seperti kita pegang es batu. Begitulah rasanya. Lantai rasa seperti es batu jika diinjak tanpa alas.
Orang orang pun mulai berdatangan ke Sikunir dan sebagian melakukan solat di musola terdekat. Begitu masuk waktu solat subuh, langsung pengunjung bergantian solat berjama’ah.
Ahaaa..... solat sudah, minum hangat sudah, akhirnya dengan menggunakan sandal jepit, saya berempat dengan anak mengikuti arus pendakian. Banyak orang kok , jangan takut. Eits jangan lupa senter ya...karena saat awal mendaki hingga pertengahan tentunya hari masih gelap.
Berjalanlah dengan santai jangan ngotot dan ngoyo , karena tenaga akan terkuras di tengah jalan. Perjalanan yang dilewati bukan perjalanan yang mulus, tapi nanti akan bertemu dengan tangga dari tanah berbatu, jadi...huh.... Semangat dan harus kuat. Kita akan berada di dataran tinggi yang rasanya seperti di atas awan .
Gak percaya? Lihat foto-foto berikut:











Salah satu tangga yang harus dilewati


 Kesenian warga yang ditemui saat  kita turun dari Bukit Sikunir


Mungkin pembaca penasaran. Mana foto foto Sun Rise nya?
Ah... Alloh ternyata mentakdirkan kami tdak bertemu dengan sun rise. Waktu itu mendung dan gerimis, Jadi Mentari malu-malu muncul. Namun demikian, kami tidak kecea karena menyaksikan indahnya awan yang selama ini hanya kami saksikan lewat jendela pesawat. Awan seolah berada berada di bawah atau sejajar dengan kami.

Itulah Sikunir. Yang membuat penasaran saya sebagai seorang guru Geografi dari Bontang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar