Standar Kompetensi
Menganalisis
unsur-unsur geosfer
Kompetensi Dasar
Menganalisis
dinamika pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di bumi
Tujuan Pembelajaran
Setelah
mempelajari bab ini, kita diharapkan dapat:
·
Mendeskripsikan ciri dan proses pembentukan tanah
·
Menjelaskan struktur dan tekstur tanah
·
Menjelaskan klasifikasi tanah
·
Menjelaskan usaha-usaha mempeertahankan kesuburan tanah
A. PENGERTIAN TANAH
Ketika
mendengar kata tanah bisa mempunyai banyak arti, seorang petani bisa
mengartikan tanah sebagai media untuk bercocok tanam. Seorang arsitek
mengartikan tanah sebagai lahan untuk didirikan bangunan. Tetapi di dalam kajian
geografi tanah sering disebut dengan istilah pedosfer.
Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari
permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah.
Beberapa ahli yang mengartikan tanah
antara lain:
1. Fallou,
tanah adalah batuan asli yang terpecah
dan terurai, berbeda dan terpisah dari batuan asli padat dan bercampur dengan
bahan organik
2.
Dokuchev,
tanah adalah benda fisik yang terdapat di
bagian paling atas dari kulit bumi serta memiliki dimensi panjang, lebar, dan
dalam
3.
Hilgard,
tanah adalah bahan yang mudah lepas dan
remah, dapat dijelajahi perakaran tanaman untuk mencari bahan makanan dan
memberikan sejumlah keadaan pertumbuhan lainnya.
Tanah diartikan juga sebagai material
yang berasal dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa bahan organik. Pelapukan
tersebut mengakibatkan batuan yang sangat keras dan dapat berubah menjadi bahan
yang lebih lunak atau butiran-butiran yang lebih halus yang disebut dengan regolit.
Lapisan atas regolit inilah yang berubah menjadi tanah.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pelapukan batuan sebagai berikut:
T= f(i, o,
b, t, w)
Keterangan:
T : Tanah i :
iklim b : bahan induk
f : Faktor o :
organisme w : waktu
1) Iklim, perubahan suhu panas pada waktu siang hari (penyinaran cahaya matahari) dan dingin pada malam hari serta curah hujan tinggi
mempercepat keretakan atau kerapuhan batuan yang disebabkan percepatan
intensitas reaksi kimia.
2) Aktivitas organisme yang hidup di dalam tanah yang mengeluarkan zat
tertentu yang dapat menghancurkan batu-batuan.
3) Sifat-sifat bahan induk yang membentuknya.
4) Topografi, keadaan topografi berpengaruh terhadap jumlah air hujan yang
dapat diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, dan erosi tanah.
5) Lama waktu terjadinya
pelapukan.
B. Komposisi Tanah
Tanah terdiri atas berbagai mineral, bahan
organik, udara, dan air yang dikelompokkan dalam komponen padat (mineral dan
bahan organik) dan pori-pori (udara dan air).
Sumber: http://kttsaraswati.blogspot.co.id/2015/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembentukan-tanah.html
Tanah terdiri atas berbagai mineral, bahan
organik, udara, dan air yang dikelompokkan dalam komponen padat (mineral dan
bahan organik) dan pori-pori (udara dan air).
1.
Bahan
mineral
Berasal dari pelapukan batuan secara mekanis
dan diteruskan oleh proses kimiawi, yang pada akhirnya membentuk mineral yang
terdiri atas dua bagian yaitu mineral primer yang berasal dari pelapukan secara
mekanis atau fisis, dan mineral skunder yang berasal dari perubahan-perubahan
yang terjadi secara kimiawi.
2.
Bahan
Organik
Bahan organik pada umumnya terdapat di
permukaan tanah. Meskipun jumlahnya tidak banyak (3 – 5%), tetapi memiliki
pengaruh yang besar terhadap tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman,
antara lain:
a. Memperbaiki struktur tanah
b. Sumber unsur hara
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
d. Sumber energi bagi mikroorganisme
3.
Udara
Antara udara yang terdapat dalam tanah tidak
sama dengan udara yang terdapat di atmosfer. Bila di atmosfer udara tidak
tetap,udara yang terdapat dalam tanah selalu tetap, termasuk kelembapannya.
Kelembapannya dalam tanah mencapai 100%, sedang di atmasofer tidak sampai 100%.
4.
Air
tanah
Air ini terdapat dalam pori-pori tanah dan
dapat tertahan di dalamnya, yang kadangkala jernih dan tidak mengalir karena
mengendap dalam pori-pori. Air tanah dibagi menjadi dua macam yaitu: air tanah
yang terdapat dalam larutan tanah yang bersifat bebas, dan air tanah yang
tertahan dalam pori-pori tanah dan tidak dapat mengalir, sehingga mengandung
bermacam-macam garam.
C. Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Sifat
Fisik Tanah
1.
Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan proporsi
(perbandingan) relatif dari ukuran partikel-partikel tanah. Tanah yang sulit
ditembus air adalah tanah lempung (clay) yang ukurannya kurang dari 0,002 mm.
Pasir mempunyai ukuran 2 – 0,05 mm, debu
dengan ukuran 0,05 – 0,002 dan tanah liat < 0,002 mm
Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara
lain komposisi mineral dari batuan/ bahan induk, sifat, dan cepatnya proses
pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah.
2.
Struktur
Struktur tanah adalah susunan dari
butir-butir suatu tanah. Pada umumnya komposisi tanah terdiri dari 90% minerak,
1- 5% bahan organik, 0,9% udara dan air.
3.
Konsistensi
Tanah
Adalah daya ahesi dan kohesi partikel tanah
dengan benda lain. Dalam keadaan basah konsistensi tanah dibedakan tidak lekat,
lekat dan sangat lekat.
Dalam keadaan lembab konsistensi tanah
dibedakan sangat gembur, gembur, teguh, dan sangat teguh. Dalam keadaan kering
konsistensi tanah dibedakan atas lunak,
agak keras, dan sangat keras.
4.
Warna
Tanah
Asal warna tanah sebagai berikut:
- Kuning berasal dari mineral limonit
- Cokelat berasal dari bahan-bahan organik asam yang
lapuk sebagian
- Putih berasal dari mineral-mineral silika kuarsa,
kapur, kaolin, bauksit, allumunium, dan silikat yang larut dalam
garam-garam serta koloida-koloida organis tertentu.
- Hitam berasal dari bahan-bahan organis yang sudah
terurai dengan hebat dan biasanya ada hubungannya dengan unsur-unsur
karbon, magnesium, serta belerang.
- Merah berasal dari zat besi (hematit, dan turgit)
- Hijau berasal dari oksida besi ferrous
- Biru berasal dari mineral lilianit.
Sifat Kimia Tanah
pH tanah
pH tanah adalah sifat keasaman tanah. pH
tanah dipengaruhi oleh mineral yang terkandung dalam tanah dan kelembapan
tanah.
pH netral
6,6 – 7,5 , pH di atas 7,5 termasuk basa dan pH di bawah 6,6 termasuk
asam. Alat untuk mengukur pH tanah adalah kertas lasmus atau pH stik.
pH di daerah tropis biasanya asam karena
banyak bereaksi dengan hujan.
Tanah yang asam dinetralkan dengan kapur,
sedang tanah yang basa dinetralkan dengan belerang.
D. Horizon tanah:
Sumber: http://farahatikahgeografitanah.blogspot.co.id/p/horizon-tanah.html
Keterangan horizon tanah:
Horizon O
Horizon ini dapat kita temukan pada
tanah-tanah hutan yang belum terganggu terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
Horizon A
Horizon ini terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral.
Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian.
Horizon B
Horizon yang terbentuk dari proses penimbunan
(iluviasi) dari bahan-bahan yang tercuci dari horizon A.
Horizon C
Horizon C tersusun atas bahan induk yang
sudah mengalami sedikit pelapukan dan bersifat tidak subur.
Horizon R
Horizon R tersusun atas batuan keras yang
belum terlapukkan.
E. Jenis tanah
Tanah pada masing-masing daerah mempunyai
perbedaan, ada yang sifatnya umum dan ada yang khusus. Sifat umum dapat
terlihat berdasarkan penyebarannya di muka bumi, sedang sifat khusus dapat
dilihat berdasarkan bahan induk pembentuknya dan bagaimana proses tanah itu
terbentuk, yang semuanya terjadi karena adanya tenaga dari luar (eksogen)
Beberapa macam tanah sebagai berikut:
1.
Tanah
organosol,
merupakan tanah yang terbentuk dari bahan
induk organik (tanah gambut) dan hutan rawa dengan iklim basah pada curah hujan
2.500 mm/tahun. Tanah organosol banyak mengandung unsur hara dan biasanya
terdapat di daerah pasang surut seperti Jawa, pantai barat Sumatra, pantai timur
Kalimantan, dan pantai barat Papua.
2.
Tanah
podzolik merah kuning,
merupakan perkembangan dari tanah mineral
yang berasal dari batuan pasir kuarsa, tuff vulkanis bersifat asam dan tersebar
di daerah beriklim basah tanpa bulan kering dengan curah hujan 2.500 mm/tahun.
Tanah podzolik ini banyak terdapat di Nusa Tenggara Barat.
3.
Tanah
aluvial,
merupakan tanah yang terbentuk dari endapan
lumpur yang terbawa oleh air sungai. Tanah ini banyak mengandung unsur hara
yang dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga sangat subur. Tanah aluvial banyak
terdapat di Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian tengah dan timur, Jawa
bagian utara, dan Papua bagian selatan.
4.
Tanah
vulkanis,
merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan
batuan vulkanis, lava yang telah membeku (effusif) atau dari abu letusan
gunung berapi yang telah membeku (efflata). Tanah ini sangat subur untuk
pertanian karena merupakan tanah tuff yang berasal dari abu letusan gunung
berapi, misalnya, di Lampung, Palembang, dan Sumatra Barat. Tanah vulkanis terdapat
di Jawa, Sumatra, Bali, dan wilayah-wilayah yang ada gunung apinya.
5. Tanah humus,
biasa disebut dengan bunga tanah, tanah ini berasal dari
pembusukan tumbuh-tumbuhan yang jatuh di atasnya. Tanah ini banyak mengandung
humus yang sangat subur untuk tanaman.
6.
Tanah
pasir,
merupakan
tanah yang berasal dari pelapukan batuan pasir. Tanah ini hanya mengandung
sedikit bahan organik sehingga kurang baik untuk pertanian, dan banyak terdapat
di daerah pantai barat Sumatra Barat, Sulawesi, dan Jawa Barat.
7.
Tanah
laterit atau tanah merah,
merupakan
tanah yang kaya zat besi dan aluminium. Tanah ini bukan merupakan tanah yang
subur karena usianya sudah tua.
8. Tanah Margel,
tanah yang berasal dari
penghancuran batu kapur, pasir , dan tanah liat akibat pengaruh hujan yang
tidak merata.
Dengan sifat yang cukup subur terdapat di daerah lereng gunung
sampai dataran rendah seperti Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara.
9. Tanah Kapur,
tanah ini berasal dari endapan batur kapur sebagai hasil
lateralisasi yang lemah dengan kandungan bahan organic yang rendah sehingga
sifatnya kurang subur. Terdapat di DIY, Jateng, Jatim, NTT, Maluk
10. Tanah Padas,
terjadi dari batuan induk, batuan pejal, dan batuan beku akibat
erosi tingkat lanjut, sehingga pembentukan tanah hampir tidak ada. Kandungan
bahan organik hamper tidak ada, dengan sifat peka sekali terhadap erosi.
Penyebarannya hampir semua wilayah Indonesia.
Jenis tanah berdasarkan kemampuan lahan
yang dilihat dari tingkat kerusakannya
- Tanah Kelas I
Tanah ini bagus untuk segala jenis pertanian
tanpa harus pengawetan khusus. Datar, dalam, berstruktur agak halus atau
sedang, drainasenya baik, mudah diolah dan responsif terhadap pemupukan. Tanah
ini tidak mudah rusak dan dapat digarap untuk tanaman musiman.
- Tanah Kelas II
Tanah ini berlereng landai dan sedikit peka
terhadap erosi, tetapi masih cocok untuk segala jenis tanaman. Strukturnya agak
halus sampai agak kasar. Bila menanam tanaman musiman disesuaikan dengan garis
kontur, serta perlu pergiliran tanaman dan pemberian pupuk hijau dan pupuk
organik
- Tanah Kelas III
Tanah ini cocok untuk segala tanaman, namun
dengan tingkat kerusakan lebih besar dari pada tanah kelas 2 sehingga perlu
penanganan khusus. Terletak pada lereng yang agak miring dengan drainase buruk,
kedalaman sedang, dan permeable agak cepat.Untuk penawetannya dengan pembuatan
terrasering dan pergiliran tanaman penutup tanah dengan waktu tanam agak lama.
- Tanah Kelas IV
Cocok untuk berbagai jenis tanaman, terletak
pada kemiringan 15° - 30°. Tanaman yang cocok adalah tanaman semusim dengan
penanaman pergiliran tanaman penutup tanah serta pemupukan
- Tanah Kelas V
Tanah ini cocok untuk ditanami tanaman ternak
atau dihutankan.Terletak di daerah agak datar dan cekung sehingga selalu
tergenang air, serta banyak terdapat batu di permukaan sehingga tanah asam pada
daerah perakaran
- Tanah Kelas VI
Tanah ini tidak cocok untuk tanaman semusim
karena lerengnya agak curam, 30° - 45° sehingga mudah tererosi, dengan
kedalaman agak dangkal, tanah banyak mengandung natrium sehingga lebih cocok
dijadikan sebagai padang rumput atau hutan.
- Tanah Kelas VII
Tanah ini lerengnya curam 45° - 65°, tidak
cocok untuk pertanian. Ditutupi dengan rumput ternak atau dihutankan, karena
sifat perakaran sangat dangkal dengan kondisi tanah berbatu maka mudah terjadi
erosi yang berat dan bahaya ancaman longsor.
- Tanah Kelas VIII
Tanah ini tidak sesuai untuk pertanian karena
lerengnya sangat curam 65° - 90°. Permukaan tanah ditutupi oleh batuan lepas
dengan tanah berstruktur kasar. Tanah ini sebaiknya dijadikan hutan lindung
atau cagar alam karena bahaya erosi dan longsor sangat besar. Sebaiknya
permukaan tanah tidak dibiarkan terbuka.
Kesimpulannya tanah yang tertutup oleh
tanaman lebih subur dibanding degan tanah yang terbuka, karena di dalamnya
terkandung bunga tanah yang tidak terkena erosi.
F. Metode pengawetan tanah
1.
Metode
vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan
tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan.
Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi.
Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui
metode vegetatif antara lain sebagai berikut:
1) Penghijauan,
yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti
akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan
kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di udara lapisan bawah.
2) Reboisasi, yaitu penanaman kembali
hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, cemara.
Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil
kayunya.
4) Penanaman tumbuhan
penutup tanah (buffering), yaitu menanam lahan dengan
tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan,
memperlambat erosi, dan memperkaya bahan organik tanah.
5) Penanaman tanaman
secara berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman
berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. Pada daerah yang
hampir datar, jarak tanaman diperbesar. Sedangkan pada daerah yang
kemiringannya lebih dari 8% maka jarak tanamannya dirapatkan.
6) Pergiliran tanaman
(croprotation), yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir)
dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk
menjaga agar kesuburan tanah tetap terpelihara.
2.
Metode
mekanik atau teknik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan
tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran
permukaan (run off), menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan
tidak merusak.
Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode
mekanik, antara lain sebagai berikut:
1) Pengolahan tanah
menurut garis kontur (contour village), yaitu pengolahan
tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan
memperbesar resapan air.
Sumber: flickr.com
2) Pembuatan
tanggul/guludan/pematang bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar
dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap ke dalam
tanah. Pada tanggul dapat ditanami palawija.
3) Pembuatan teras (terrassering),
yaitu membuat
teras-teras (tanggatangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang.
Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan
mengurangi erosi.
4) Pembuatan saluran
air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong
lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat
dan mengatur aliran air sampai ke sungai.
3.
Metode
kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu
meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur yang
mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air
hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off)
tetap kecil.
Latihan
|
1. Jelaskan proses pembentukan tanah!
2. Deskripsikan unsur-unsur pembentukan tanah
3. Gambar dan jelaskan horizon tanah
4. Jelaskan jenis tanah berdasarkan kesuburan tanah
5. Jelaskan mengapa tanah kelas VIII hanya bisa dijadikan cagar alam saja!
6. Tanah di sekitarmu termasuk jenis tanah yang mana? Beri bukti-buktinya!
7. Mengapa humus disebut bunga tanah?
8. Adakah di daerahmu lahan kritis? Kalau ada bagaimana kamu menyelamatkan
tanah tersebut?
9. Jelaskan peranan iklim dalam pembentukan tanah!
10. Jelaskan pengertian pH tanah! Bagaimana cara membuat pH tanah cocok untuk
dibudidayakan lahan pertanian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar